Title: From Within (2008)
Director: Phedon Papamichael Jr.
Starring:
Thomas Dekker
Elizabeth Rice
Adam Goldberg
Rumer Willis
Genre: horror
Story:
Film dibuka dengan sepasang remaja duduk berdampingan. Sang laki-laki, Sean (Shiloh Fernandez), menggucapkan sesuatu dalam bahasa asing, dari buku hitam yang sedang ia baca. Sesudahnya, ia mencium pacarnya, Natalie (Rumer Wilis) yang menanyakan kesiapannya akan suatu hal – sepertinya hubungan seks. Yang terjadi sesudahnya bukanlah seperti yang diduga oleh Natalie, Sean malah mengeluarkan pistol dan menembak dirinya sendiri.
Adegan kemudian berpindah menampilkan Lindsay (Elizabeth Rice) yang sedang mencari busana ke gereja di toko milik ayah Natalie. Saat Lindsay sedang berargumen dengan ibu tirinya, Trish (Laura Allen), Natalie berlari masuk ke dalam toko dengan berlumuran darah dan mengatakan tentang sosok perempuan yang mengikutinya. Sang ayah yang melihat kondisi putrinya yang ketakutan, kemudian membawa Natalie ke kamar belakang, dan meninggalkannya karena ingin menghubungi polisi.
Lindsay sempat menemani Natalie sebentar di ruang belakang , namun ketika ia keluar dari ruangan tersebut, pintunya segera menutup. Ketika ayah Natalie mendobrak untuk masuk, yang ia temukan adalah jasad putrinya yang meninggal dengan gunting menancap di leher. Malamnya, ayah Natalie mengalami terror dari sosok misterius yang menyebabkan kematiannya. Esoknya, sepupu Natalie, Molly (Amanda Babin)menemukan jasad ayah Natalie tergantung di ruangan yang sama di mana Natalie ditemukan tak bernyawa.
Rangkaian kejadian yang sama berulang. Kutukan tersebut membuat Molly dihantui oleh doppelganger (sosok diri sendiri yang dalam mitos dianggap sebagai pertanda buruk) yang menyebabkan kematiannya. Peristiwa mirip bunuh diri berantai tersebut mengusik pikiran Lindsay dan pacarnya, Dylan (Kelly Blatz). Sebagai anak pastor di kota yang mayoritas penduduknya adalah fanatis, Dylan pun menuduh Aiden (Thomas Dekker), saudara kandung Sean sebagai penyebab rangkaian peristiwa tersebut. Aiden dan Sean teryata adalah anak dari Candice Spindle, perempuan yang meninggal dalam kebakaran dan dijuluki sebagai pemuja setan sekaligus pembunuh Jimmy Grogan, seorang veteran perang.
Film mulai memasuki klimaks ketika kutukan random tersebut akhirnya jatuh ke tokoh utama film: Lindsay. Satu-persatu kenyataan mulai terkuak; tentang kematian Candice Spindle, kutukan penyebab kematian orang-orang, dan cara menghentikannya.
I Say:
Untuk urusan film horror, serahkan pada Asia. Bagi saya, sosok-sosok paling menakutkan lahir dari sineas Jepang, Korea, Thailand, juga Indonesia. Belum ada satu film dari Amerika yang bisa membuat saya malas keramas dan memakai selimut seperti Ju On, atau agak was-was melihat TV mati pada jam tertentu seperti The Ring (padahal nontonnya jam sepuluh pagi dan kondisi rumah sedang ramai). Atau kebayang-bayang adegan Shutter dan Bayi Ajaib selama beberapa hari. The Exorcist (1973) dengan Linda Blair nya memang membuat saya merinding, tapi yang lain, seperti tidak menempel di ingatan seperti setan-setan Asia.
Seorang teman pernah berkata, mungkin karena sebagian besar masyarakat Amerika tidak sebegitu percayanya terhadap hal-hal klenik layaknya warga Asia. Jadilah film yang dibuat akhirnya tidak melahirkan sosok-sosok yang bisa membuat penonton merinding atau mencengkram lengan bangku bioskop erat-erat saking menakutkannya. Hal yang sama dirasakan di From Within. Kutukan yang membunuh para korban di film ini misalnya, ternyata penyebabnya adalah apa yang ada dalam pikiran para korban. Semacam halusinasi. Bukan hantu yang benar ada dan bisa membunuh seperti di film Asia. Sebenarnya saya menaruh ekspektasi cukup tinggi terhadap film ini di banding beberapa film yang tidak jadi saya tonton di INAFFF 2010. Oke, it’s evil thingy, not devil. Tapi tetap saja perwujudan dari “evil” ke bentuk doppelganger yang memicu para karakternya berhalusinasi dan bunuh diri, tidak terlalu menyeramkan. Kemunculannya juga bisa ditebak. Dari sekian kematian yang menurut saya berhasil digambarkan akibat tekanan psikis/halusinasi dan memicu bunuh diri, adalah kematian karakter Trish.
Tapi bukan hal itu yang menjadi kekurangan utama dari film ini. Yang paling mengganggu adalah pemilihan aktor untuk karakter Aiden. Thomas Dekker yang juga bermain di serial Heroes, terlihat seperti Edward Cullen wannabe. Rambut yang tetap di tempatnya, ekspresi “dingin”-tapi-galau-tapi-kok-sepanjang-film; intinya, aktingnya buruk. Contoh paling ingin membuat saya tertawa adalah ketika terkuaknya cerita kebencian Aiden pada seisi kota. Tidak terlihat sama sekali kebenciannya. Yang saya tangkap, lagi-lagi, galau nggak jelas itu. I mean, come on, dude.. You’re a witch who planned serial and massive suicide. Show me another “face” when your shrewdness revealed.
Adegan-adegan tidak penting yang muncul di film ini tidak sebegitu mengganggunya meski tetap membuat sedikit gemas. Seperti misalnya adegan Lindsay dan Aiden berbicara di luar rumah Aiden saat hujan. Kenapa nggak masuk saja ke mobilnya Lindsay kalau memang mau ngobrol? Haha. Atau usap-usap minyak untuk mengurangi efek kutukan oleh Aiden kepada Lindsay. Mungkin untuk menunjukkan romantisme antara mereka berdua. Tapi adegan ini jadi terlihat seperti cara flirting yang cheesy. Bayangkan, minyak tersebut tidak perlu dioleskan ke seluruh badan, dan Aiden memilih; bahu: okeee..mungkin agar doppelganger jahat itu tidak akan bisa nemplok, dahi: mungkin agar pikirannya terus jernih, dada: err….hmmm…modus ni bocah.. :p
Untunglah ada Kelly Blatz yang hadir dengan kemampuan akting yang baik sebagai seorang fanatis. Akting Adam Goldberg sebagai Roy, kekasih Trish, juga cukup mengesankan. Di sinilah kelebihan From Within; Anda bisa menemukan perbandingan akting yang baik dan buruk sekaligus. :D
Bentuk doppelganger sebagai representasi kutukan juga cukup menarik, terlebih bagi penonton yang mengerti apa itu doppelganger dan mitos yang menyertainya. Bagian akhir yang menceritakan kutukan belum hilang juga tidak terduga. Tema tentang ekstrimis yang bisa melakukan perbuatan keji terhadap orang yang berbeda keyakinan menjadi sisipan lain yang menarik. Kalau dipikir-pikir, hal ini malah lebih menakutkan ketimbang riasan para doppelganger.
Straight into scrapbook:
Kelly Blatz. Good looking guy that can act.
Straight into crapbook:
Thomas Dekker. Mas Thom, kalau cari role model jangan nyontoh Robert Pattinson as Edward Cullen, lah.. xD
Alternate Version:
Yang ingin saya ubah dari film ini adalah si Thomas Dekker! Cari pemeran lain yang bisa memerankan Aiden. Paul Dano kayaknya bisa. Di There Will Be Blood dia bisa meranin dua karakter sekaligus dengan sangat baik. Atau Ryan Gossling. Yah, tapi kalau budget buat honornya terbatas, sewa guru akting aja lah buat si Thomas. Tema believer vs non-believer juga bisa lebih digali karena perbedaan inilah yang sebenarnya menjadi akar permasalahan. Kalau saja lebih digali, film ini bisa menyentil isu sosial tentang masyarakat yang dipenuhi para ekstrimis. Semacam metafor satir tentang balas dendam dari kaum minoritas.
Verdict:
2 ½ out of 5
Creepy Doppelgangers
Published on 11/18/2010 1 lonely but appreciated comment »
ihuuyy masuk iyadong.com juga dwonk.. :D